Ada dua orang pengembara yang ingin melakukan perjalanan kesebuah tempat. Untuk dapat mencapai tempat tersebut keduanya menaiki sebuah kapal yang amat sangat besar.Di dalam kapal ada dua kelompok yang sangat berbeza.
Kelompok pertama, wajah mereka nampak begitu cerah. Sedangkan kelompok kedua, wajah mereka nampak begitu pucat dan kelelahan sambil memangku banyak barang bawaan di tangan dan kepalanya.Sebagaimana para penumpang lainnya yang ingin menempuh perjalanan jauh, Kedua pengembara tersebut pun membawa barang-barang yang amat berat. Ketika sampai di dalam kapal, pengembara pertama langsung meletakan semua barang bawaan di lantai kapal. Sedangkan pengembara kedua masih saja memikul barang bawaannya.
Pengembara pertama memberi tahu kepada pengembara kedua agar dia meletakan barang-barangnya di lantai kapal. Karena dia sudah berada di atas kapal yang sangat besar di mana dia bisa bebas meletakan barang bawaanya di mana saja dia suka. Sehingga dia bisa beristirahat untuk sampai ke tempat tujuan yang amat jauh.
Pada awalnya pengembara kedua tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap memikul barangnya sampai ke destinasi, dia khuatir barangnya akan hilang dan rosak jika diletakan di lantai kapal. Di berfikir banyak penumpang lain di sekitarnya yang walaupun barang yang dibawa lebih banyak dan berat, tetap memangku barang-barang bawaanya sendiri.
Namun Karana semakin lama keadaannya semakin lemah, dan pemilik kapalpun telah memperingatkan kepadanya jika ia tetap enggan meletakan barang-barangnya dikapal, dia akan dilemparkan kelaut sehingga binasa. Diapun melihat banyak penumpang yang memangku barang bawaanya sendiri satu persatu mengalami kejadian yang mengerikan.Ada yang dilempar kelaut oleh pemilik kapal karena sudah berkali-kali diperingati untuk meletakan barang bawaanya dia tetap tidak mahu.
Ada lagi yang kerana kelelahan akhirnya mati tertimpa barang-barang bawaanya. Ada lagi yang kerana tidak kuat membawa barang-barang bawaanya dia membunuh dirinya sendiri.Akhirnya pengembara kedua meletakan semua barang bawaanya di lantai kapal. Setelah meletakannya dia merasa lebih baik dan lebih nyaman.
Sahabat sekalian tahukah kita hakikatnya pengembara-pengembara itu adalah kita, manakala barang-barang bawaan adalah beban-beban kehidupan kita dan kapal besar itu adalah tawakal kepada Nya.
Teramat banyak dari kita yang begitu angkuh merasa diri sanggup memikul beban-beban kehidupan ini sendiri. Tanpa pernah sedar bahawa sebenarnya Allah telah menyediakan ruang besar tempat kita meletakan beban-beban kehidupan hidup kita yang teramat sangat berat itu.Ruang besar itu bernama tawakal kepada Nya. Betapa naifnya kita jika merasa bahawa kita sanggup mengatasi setiap masalah kehidupan ini sendiri.
Seorang mukmin adalah orang yang cerdas dalam memahami kehidupan ini. Ia begitu mengenal kehidupan ini yang penuh dengan cubaan dan rintangan, walaupun demikian ia juga telah sangat arif bahawa semua beban-beban itu tidak akan memberatkan kehidupannya jika ia meletakannya di tempat yang telah Allah SWT sediakan.
Seberat apapun beban yang di amanahkan Allah SWT kepada nya segera ia letakkan di tempat bernama tawakal itu melalui sujud-sujud panjangnya, melalui keistiqomahannya dalam beramal baik, melalui sedekah-sedekahnya, melalui munajatnya di sepertiga malam seraya dengan penuh semangat dan usaha yang bersungguh-sungguh terus berusaha menjalani kehidupan ini.
Kalau kita mahu jujur terhadap diri sendiri, pastinya kita akan sedar bahawa kita teramat lemah untuk menjalani kehidupan ini tanpa pertolonganNya. Jika kita merasa kuat lantas mengapa kita tidak dapat mengambil kembali sesuatu yang telah diamabil lalat dari makanan kita, mengapa kita tidak menahan nyawa orang yang kita sayangi ketika sakaratul mautnya, mengapa kita tidak bisa menghadirkan kebahagian dan ketenangan jiwa bila-bila saja sesuka hati kita.
Jika semua kita dapat memahami kehidupan ini dengan baik. Kita dapat memahami bahawa Allah telah menyediakan ruang luas agar beban-beban kehidupan itu tidak memberatkan kita.
Maka tidak akan ada orang yang hari-harinya nya dipenuhi dengan bermuram durja, kita tidak kan mendengar banyaknya cerita seseorang mengakhiri kehidupannya dengan menggantung diri atau meminum racun hanya kerana tidak dapat membayar hutang tiga ratus ringgit yang harus dilangsainya, dan segala macam bentuk keputus asaan lainnya akibat tidak pernah memahami makna kehidupan ini.
Sahabat, akankah kita masih tetap angkuh untuk terus memikul beban-beban kehidupan kita sendiri ataukah kita telah menyedari bahawa kita teramat lemah untuk memikul beban-beban itu sendiri.
Sehingga kita akan segera meletakannya diruang yang Allah telah sediakan sepertiga malamnya, di sujud-sujud ketika menghadapNya, di majlis-majlis kebaikan hamba-hambaNya yang soleh. Tentunya hanya kita yang dapat menjawabnya.
Oleh: Muhammad Fatih
